Ahad, sore hari…
“Ada apa Fa?”, Tanya Imah... Lalu mengalirlah airmata sekaligus cerita…
Mungkin kurang lebih seperti itu dialog yang ada….
Aku hanya menerka-nerka.
Tapi, ada hal lain yang membuatku merasa aneh. Aneh? Entahlah perasaan itu dinamakan apa. Yang pasti Aku merasa tidak suka campur cemburu, campur rasa bersalah, campur mengerti, dan campuran rasa lain didalamnya. Lalu, terbuka lagi memoar itu di pikiranku.
Imah, yang sejak awal Aku bertemu dengannya, Aku merasa nyaman. Aku merasa ia akan menjadi teman baikku sekaligus terdekatku suatu saat nanti. Dan benar, itulah yang terjadi setelahnya. Saling mengenal pertama kali pada saat (Aku lupa ternyata, katanya teman dekatL). Dengan karunia-Nya kami dieratkan kembali dengan adanya kami di satu divisi yang sama, dimana kami berorganisasi di dalamnya. Dan tanpa disadari atau mungkin Aku baru sadar sekarang, kami semakin dekat. Hingga Aku menceritakan (hampir) semua masalahku. Saat itu, aku tak menyadari bahwa, Ia, Imah yang Aku pikir hanya milikku seorang (uhh, lebay euy!), tak memiliki perasaan yang sama denganku. Mungkin bukan berarti Ia berpura-pura denganku. Aku tahu, Ia selalu jujur padaku (setahuku). Dan itu baru kusadari ketika Aku semakin dekat dengan Imah, mengenal Yufa, dan Sofia. Kedekatan Imah dan Yufa selalu membuatku merasa aneh seperti yang kuceritakan di awal tadi.
Sofia, lain hal lagi. Ia adalah teman sekelas Imah. Ia pula yang mengenalkan Imah kepada organisasi dimana kami berempat beraktivitas didalamnya. Sofia dan Imah sudah dekat sejak awal. Entah bermula dari apa Aku bisa menjadi dekat dengan Sofia. Singkat cerita Aku semakin dekat dengannya. Aku merasa semakin nyaman untuk berbagi dengannya. Kuceritakan pula perasaanku terhadap Imah. Well, ternyata ia tak jauh berbeda denganku, Ia pun merasakan hal yang sama denganku. Maka mungkin itu yang membuat kami semakin merasa dekat. Dekat?? Tidak juga, lebih tepatnya merasa nyaman untuk berbagi cerita.
Hmm… Kembali lagi ke persoalan perasaanku pada Imah. Aku tahu tidak ada yang salah dengan perasaanku. Yang akan menjadi salah nantinya adalah jika Aku menyalahkan mereka atas perasaanku. Aku menyadari bahwa perasaanku adalah hal yang lumrah. Anggap saja itu bentuk rasa sayangku padanya. Bukankah salah satu tanda cinta adalah rasa cemburu, bukan begitu???
Ya Allah kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya. Terangilah dengan cahnyaMU yang tiada pernah padam…
Teruntuk Imah, Syukran sudah mau mendengar keluh kesahku selama ini. Afwan jika Aku belum bisa menjadi seperti harapanmu selama ini. (Super lebay?? Terserah deh!!!)
No comments:
Post a Comment
What do you think?