Saturday, December 25, 2010

Senang Berkenalan denganKalian

Hari ini, kubelajar satu hal, hmm… lebih tepatnya diingatkan akan satu hal, bahwa sesungguhnya yang apa yang kita ucapkan tidak selamanya benar…

Apa yang kita katakan tidak selamanya menyenangkan untuk yang lain…

Apa yang kita bicarakan tidak selamanya baik untuk yang lain…

Dan tidak selamanya pula apa yang kita perbuat adalah sebuah amal kebajikan.

Mungkin, bisa jadi, apa yang kita ucapkan adalah dusta yang tak disadari…

Bisa jadi, apa yang kita bicarakan adalah hal yang tak bermanfaat untuk yang lain…

Dan bisa jadi juga, apa yang kita perbuat adalah maksiat yang tak terkendali…

Sebegitu tak terkendali, hingga hati tak lagi bisa membedakan mana kebajikan dan maksiat, Naudzubillah…

Kawan, hari ini aku belajar akan hal tersebut di atas, dari seorang saudaraku..

Yang mungkin dengannya, aku diingatkan kembali akan apa yang telah dan sering kuperbuat, menyakiti orang lain tanpa kusadari…

Kawan, sungguh indah memiliki macam perikatan saudara seperti ini, yang bisa saling mengingatkan di kala salah menerpa diri,

Yang bisa menguatkan di kala lemah dan futur menghampiri,

Yang bisa menemani di kala sedih menghujani diri,

Yang bisa menyemangati di kala putus asa menguasai diri,

Yang bisa menolong di kala masalah datang bertubi-tubi,

Yang bisa mengerti di kala perbedaan pendapat sering terjadi,

Dan yang bisa mengingatkan di kala salah dan khilaf terus terulang kembali…

Semoga dengan adanya kalian, semua hal di atas bisa kunikmati, kuresapi, dan kulakoni…

Dengan petunjuk dan ridha Allah tentunya… Aamiin… J

Dita : Assalamu’alaikum, hai namaku Dita

D’gankz : Wa’alaikumsalam, kami D’gankz

Dita : Senang berkenalan dengan kalian… J

D’gankz : Sama-sama… (Semua tersenyum J)

Untuk seseorang yang telah membuatku tersenyum hari ini…

Untuk kesekian kalinya, aku bertemu dengannya…

Tersenyum, itulah yang aku lakukan,

Entah mengapa aku begitu senang bertemu dengannya,

Walaupun sebenarnya tidak juga, temannyalah yang tadi aku temui…

Entah apa nama “makhluk ini”, yang pasti aku selalu senang memikirkannya…

Hmm.. apakah ini boleh ya Allah???

Aku tahu aku belum siap untuk lebih matang,

Tapi aku juga tidak bisa memungkiri “makhluk” ini…

Ya Allah, jauhkanlah syetan dari menggodaku ke hal-hal maksiat,

Sesungguhnya aku berlindung dari godaan syetan yang terkutuk… Aamiin…

Untuk seseorang yang telah membuatku tersenyum hari ini…

Kembar (Antara Persamaan dan Perbedaan)

Dulu, ketika kecil, kami selalu disamakan, dari mulai baju sampai kasih sayang

Walau, terkadang kami tak menyukai itu… (Hmm.. Maklum, masih kecil^^)

Dulu, ketika SD, kami memiliki teman yang sama mulai dari kelas 1 sampai kelas 6… Walau tak semua kami akrabi bersama…

(ya iyalah, wong Cuma ada 1 kelas pertahun, hehe)

Dulu, ketika SMP, kami memiliki kegiatan yang sama… Walau kami tak pernah sekelas… (ya, mau bagaimana lagi, bapak melarang kami mengikuti ekskul di sekolah, kami hanya dibolehkan kursus bahasa Inggris 2 kali seminggu untuk kegitan di luar)

Dulu, ketika SMA, kami memiliki pemahaman yang sama akan banyak hal,

Walau tetap dengan “rangkaian kata” kami msing-masing…

(Ini tak lepas dari peran kakakku Dela, yang telah memperkenalkan rohis kepada kami, yang membentuk pemahaman akan kehidupan yang lebih berarti, hingga kami jatuh cinta pd jalan dakwah ini hingga nanti, aamiin)

Dan sekarang, ketika jarak dan waktu memisahkan kami,

Dika (nama kembaranku) di Bandung dan Aku di Ciputat, (beda 5 menit kalau tak salah)

Kami tetap memiliki baju yang sama (walau tak semua)

Kami tetap mendapatkan kasih sayang yang sama (untuk tidak menyebut siapa yang lebih sering pulang)

Kami tetap memiliki teman yang sama (karena bagaimana pun juga, temanku adalah temannya, dan temannya adalah temanku)

Kami tetap memiliki keagitan yang sama (wadahnya saja yang berbeda…)

Dan Kami tetap memiliki pemahaman yang sama akan kehidupan..

Tapi, sebagai makhluk yang utuh, kami tentu memiliki perbedaan yang sama banyaknya dengan persamaan kami…

Perbedaan yang kadang membuat kami berlama-lama kalau sedang bertelepon,

Perbedaan yang kadang membuat kami tak bertegur sapa lewat telepon untuk waktu yang lama,

Perbedaan yang kadang membuat kami bertengkar untuk hal-hal sepele

Perbedaan yang kadang membuat kami tak sabar untuk saling bertukar pendapat,

Pebedaan yang kadang membuat kami tertawa terbahak-bahak,

Perbedaan yang kadang membuat kami menangis dan bahagia,

Dan perbedaan yang telah menjadikan kami lebih bisa memahami satu sama lain, walau terkadang tak segampang memasak mie instan (Loh, apa hubungannya, hehe)

Itulah kami dengan bermacam persamaan dan perbedaan kami…

Tak semua dapat kutulis di sini, karena memang seginilah yang da ada di otakku sekarang… ^^

Terlepas dari semua hal di atas, aku bersyukur karna “menjadi kembar”

Yang menjadikan kami lebih unik dan terkenal (maza zih, hehe)

Ketika dalam kandungan

“Sempit tau di sini, kamu sanaan donk” Dita berkata.

“Yee, kamu yang sanaan, aku kan mo keluar duluan, jadikamu ga boleh nyempitin aku, tau” Dika menyahut..

“Iiih, sanaan, katanya mo keluar duluan, yaudah sana keluar, sempit tau ada kamu”.. Dita tak sabaran.

“Iihh, ga sabaran banget sih, ywdh, aku keluar sekarang, duluan, assalamu’alaikum dunia (sambil tersenyum^^)”… Dika akhirnya mengalah…

“Eh, jangan lama-lama, aku juga mau keluar, hmmm akhirnya keluar juga, assalamu’alaikum dunia (tersenyum bahagia^^)Dita akhirnya keluar juga…

(Sumber: imajinasitingkatrendah.com)

Begitulah kurang lebih proses lahirnya kami ke dunia, dari mulai awal kehidupan kami pun, kami sudah dapat berkomunikasi, hebat khan!!! Hehe…

Sampai ketemu di cerita kami selanjutnya… Salam KEMBAR!!!

Wassalamu’alaikum…

Wednesday, November 10, 2010

Sebuah Pengertian VS Ketidakpedulian

Ada yang tahu bagaimana membedakannya?

Karna sampai sekarang kutak menemukan jawaban yang membuatku puas..

Saat laku tak bisa lagi berbuat, maka ketidakpedulian yang terlihat..

Apakah itu sebuah pengertian atau sebuah ketidakpedulian?

Apa pula hak orang lain untuk menilai,

Mereka tak mengenal ukhuwah kita

Yang terbina atas dasar cinta padaNya

Walau terkadang atas dasar cinta padaNya pula,

Sikap yang terlanjur dianggap ketidakpedulian oleh orang lain,

Apakah mungkin sebuah pengertian juga? Entahlah… T_T

It’s so complicated..

Hmm,,,

Well, apa pula hak kita untuk menilai orang lain, yang beranggapan bahwa mereka (yang kamu sebut ‘orang lain’ itu) menilaimu demikian.

Nikmati hidup, jangan jejali hidup dengan persepsi orang lain.

Cukup Allah sebagai penilai terbaik. Wallahu’alam.

Sekali lagi, jangan biarkan hidupmu penuh dengan persepsi orang lain.

Itu hanya akan membuatmu lelah, lahir dan bathin…

SMS Dita Dika, 20101108

Sebuah Renungan

Banyak pelajar dan mahasiswa kita ingin berprestasi, tapi sayangnya mereka tidak memiliki sikap prestatif. Mereka ingin menjadi juara, tetapi tanpa sadar mereka menjerumuskan diri dalam prilaku tercela. Menyontek lahir dari keinginan berprestasi, tetapi miskin sikap prestatif. Maka langkah yang diambil adalah langkah pragmatis. _dalam buku "Prophetic Learning"-Dwi Budiyanto-_

Tuesday, November 9, 2010

Apa yang harus kulakukan

Apa yang harus kulakukan

Ketika semuanya sudah terlanjur terjadi…

Apa yang harus kulakukan,

Ketika rasa ini lagi-lagi menguasai…

Apa yang harus kuperbuat

Ketika hati tak mau terkalah

Walau ucap sudah sering mengalah

Apa yang harus kuperbuat

Agar senyummu dan senyumku merekah seperti dulu…

Apa pula yang sebenarnya kurasakan,

Saat dada ini terasa sesak menyalak

Saat tangis tak lagi mampu kubuat,

Semenjak kau terlewat sesaat..

Tuhan, ini ujian dariMu bukan?

Sudikah Dirimu memberitahuku kapan akan berakhir,,

Ku takut kutak sempat berbuat…

Sunday, October 10, 2010

Ahad Itu, Kenangan Itu

Ahad, sore hari…

“Ada apa Fa?”, Tanya Imah... Lalu mengalirlah airmata sekaligus cerita…

Mungkin kurang lebih seperti itu dialog yang ada….

Aku hanya menerka-nerka.

Tapi, ada hal lain yang membuatku merasa aneh. Aneh? Entahlah perasaan itu dinamakan apa. Yang pasti Aku merasa tidak suka campur cemburu, campur rasa bersalah, campur mengerti, dan campuran rasa lain didalamnya. Lalu, terbuka lagi memoar itu di pikiranku.

Imah, yang sejak awal Aku bertemu dengannya, Aku merasa nyaman. Aku merasa ia akan menjadi teman baikku sekaligus terdekatku suatu saat nanti. Dan benar, itulah yang terjadi setelahnya. Saling mengenal pertama kali pada saat (Aku lupa ternyata, katanya teman dekatL). Dengan karunia-Nya kami dieratkan kembali dengan adanya kami di satu divisi yang sama, dimana kami berorganisasi di dalamnya. Dan tanpa disadari atau mungkin Aku baru sadar sekarang, kami semakin dekat. Hingga Aku menceritakan (hampir) semua masalahku. Saat itu, aku tak menyadari bahwa, Ia, Imah yang Aku pikir hanya milikku seorang (uhh, lebay euy!), tak memiliki perasaan yang sama denganku. Mungkin bukan berarti Ia berpura-pura denganku. Aku tahu, Ia selalu jujur padaku (setahuku). Dan itu baru kusadari ketika Aku semakin dekat dengan Imah, mengenal Yufa, dan Sofia. Kedekatan Imah dan Yufa selalu membuatku merasa aneh seperti yang kuceritakan di awal tadi.

Sofia, lain hal lagi. Ia adalah teman sekelas Imah. Ia pula yang mengenalkan Imah kepada organisasi dimana kami berempat beraktivitas didalamnya. Sofia dan Imah sudah dekat sejak awal. Entah bermula dari apa Aku bisa menjadi dekat dengan Sofia. Singkat cerita Aku semakin dekat dengannya. Aku merasa semakin nyaman untuk berbagi dengannya. Kuceritakan pula perasaanku terhadap Imah. Well, ternyata ia tak jauh berbeda denganku, Ia pun merasakan hal yang sama denganku. Maka mungkin itu yang membuat kami semakin merasa dekat. Dekat?? Tidak juga, lebih tepatnya merasa nyaman untuk berbagi cerita.

Hmm… Kembali lagi ke persoalan perasaanku pada Imah. Aku tahu tidak ada yang salah dengan perasaanku. Yang akan menjadi salah nantinya adalah jika Aku menyalahkan mereka atas perasaanku. Aku menyadari bahwa perasaanku adalah hal yang lumrah. Anggap saja itu bentuk rasa sayangku padanya. Bukankah salah satu tanda cinta adalah rasa cemburu, bukan begitu???

Ya Allah kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya. Terangilah dengan cahnyaMU yang tiada pernah padam…

Teruntuk Imah, Syukran sudah mau mendengar keluh kesahku selama ini. Afwan jika Aku belum bisa menjadi seperti harapanmu selama ini. (Super lebay?? Terserah deh!!!)