Tuesday, March 29, 2011

Hfuuuuuufthh….. (Feeling of the day, 20110329)

Akhir-akhir ini aku coba untuk terus berpikir positif terhadap temen2 d’gankz. Kadang aku sangat merasa nyaman dan senang ketika melakukan itu. Missal: sms ga dibales, coba untuk melihat alternative jawaban yg tidak membuat marah. Ketika hendak marah pun, aku berusaha untuk menahan diri. Kukatakan pada diriku sendiri “jangan marah, jangan marah, jangan marah” hingga hati ini merasa tenang. Hmm… yaahhh… kadang itu berhasil kulakukan, tapi tak selalu. Dan sekarang aku sedang merasa capek. Lelah. Bingung. Marah. Kecewa. Dan lainnya sambil terus mencoba berpikir positif. Kadang jika sedang seperti ini, sangat sulit sekali bagiku untuk melakukannya. Membuat dada ini seperti hendak meledak. Ingin berteriak, hingga semua terlampiaskan. Tapi, lagi-lagi ku harus terus mencoba berpikir positif. Aku harus yakin, bahwa ini hanya perasaan sesaat, yang akan hilang jika aku merasa senang. Dan aku lah yang akan membuat diriku senang. Bukan orang lain. Harus senang pokoknya hari ini, bagaimana pun kondisinya. Harus kuat melawan amarah yang mendesak untuk dituntaskan. Tidak! Aku tidak ingin lagi menuruti amarahku. Tak ada gunanya.. hfuuffthhh.. ya Allah… kuatkan hamba.. Aku mohon…. La haula wala quwwata illa billah….

Kawan, aku rindu padamu…. T_T

Friday, March 18, 2011

El, Sahabat 1 Tahun

Nama lengkapnya Elvira Natalia Pangesta. Aku lebih suka memanggilnya dengan panggilan “El”. Singkat, tapi cukup memikat. Bagaimana tidak memikat, kami hanya sempat menjalin persahabatan selama satu tahun, tepatnya selama kelas 3 SMP. Dan itu cukup memberi kesan mendalam tentang arti seorang sahabat dan persahabatan. Ya, karena ia adalah satu-satunya sahabat dekatku yang seorang noni (non-Islam).

Aku takkan pernah lupa pertama kali kami berkenalan. Di suatu pagi, di kelas 3 E, kelas unggulan tentunya, hehe. Kami diperkenalkan oleh teman kenalanku yang juga temannya dan didaulat untuk duduk satu meja. Seharusnya teman kenalanku lah yang seharusnya duduk bersama El, tapi ia sudah punya terman semeja. Jadilah kami sepakat untuk duduk semeja.

Kami duduk di meja paling belakang, di barisan meja dekat dengan pintu. Tempat yang strategis sebenarnya untuk mengobrol saat belajar.tapi, kami tak melakukan itu. Hehe, maklum kami berdua sama-sama bukan tergolong anak nakal. Terlebih bapakku mengajar di sekolahku juga. Awalnya, kami hanya mengobrol seperlunya, tak pernah panjang-panjang. Ditambah tabiatku yang sulit bergaul. Seiring berjalannya kaki-kaki kami menuju dan pulang dari sekolah, kami mulai akrab, tak ada lagi obrolan pendek, tapi obrolan sepanjang kreta api, hoho. Mulai dari tugas sekolah, keluarga, teman, rumah, sampai binatang peliharaan. Tapi opps… ada satu tema yang tak pernah kami bicarakan, laki-laki (*sama2merasatakpenting,hehe). Dan kami mulai tak terpisahkan. Di mana ada Dita, di situ ada Elvira, begitu pun sebaliknya. Kami sering (untuk tidak dikatakan selalu) jajan bareng, belajar bareng, upacara bareng (bersebelahan maksudnya), dan banyak hal lainnya yang kami lakukan bareng.

Yaa, dilihat dari segi kecerdasan, aku memang lebih cerdas daripada El, setidaknya pada saat itu. Tapi El, adalah seorang yang sangat rajin, yang mau tak mau aku pun tertular rajinnya. Seperti mengerjakan LKS, piket, datang pagi, dll. Aku jadi sering mengerjakan LKS jika sedang tidak ada guru, seperti yang dilakukan El, dan sering datang pagi (well, kalau yang ini masih boleh diragukan, hehe). Hmm… kami memang tak terpisahkan, saling melengkapi bahasa kerennya. Bahkan aku lebih dekat dengan El dibandingkan dengan saudara kembarku sendiri.

El, yang paling tidak suka digelayuti bahunya, berasal dari keluarga kristen tionghoa. Orang tuanya sendiri memeluk kristen khatolik sama seperti El, sedangkan neneknya seorang budhis. Dan inilah prinsip yang tak pernah bisa kami satukan, keyakinan. Seperti waktu itu, ketika Natal tiba, teman-temanku mengucapkan selamat natal padanya, tapi aku merasa tidak harus mengucapkannya, aku meyakini bahwa ketika aku memberikan ucapan selamat natal padanya, sama saja aku mempercayai keyakinannya, sedang aku tidak meyakini keyakinannya. Tapi itu tidak sama sekali membuat hubungan persahabatan kami merenggang. El sangat menghormati keyakinanku, begitu pun sebaliknya. Suatu ketika pula, aku hendah membeli majalah Islam langgananku. Aku mengajaknya dan El tak keberatan menemaniku. Yang kuingat pada saat itu, kami berjalan menuju toko langgananku tanpa sedikit pun berlepas tangan. Yap, kami saling berpegang tangan sepanjang jalan. Sampai tangan ini gerah rasanya, tapi tak ada satu pun dari kami yang berniat melepas tangan. Aku selalu tersenyum ketika mengingat kejadian itu.

Ah ya, satu hal yang membuat El tampak berbeda dengan yang lain, ia selalu menggunakan kata “Aku”. Ya, tentu saja berbeda, karena sebagian besar temanku lebiih sering menggunakan kata “gue”. Hihi… pernah suatu kali, temanku sebangku dengannya ketika kegiatan belajar tambahan untuk UN, karena El selalu menggunakan kata “aku” temanku jadi ikut-ikutan menggunakan “aku” padahal ia adalah seseorang yang sangat “gaul” dan terbiasa menggunakan “gue”. Aku hanya bisa senyum-senyum ketika temanku itu bercerita kepadaku. El, memang unik, ia tak pernah ingin menjadi orang lain untuk bisa bergaul. Aku banyak belajar darinya.

Ya, selain perbedaan prinsip yang kami yakini masing-masing. Aku dan El tentu memiliki kesamaan yang membuat kami sangat lengket. Pertama, kami sama-sama suka dikuncir kuda dan paling tidak PeDe kalau rambut kami harus digerai (tidak diikat). Haha, yang lucu adalah ketika kami saling menantang menguncir gaya rambut kami dengan sedikit perubahan. Tak penting-penting amat sebenarnya, toh tidak ada yang memperhatikan. Tapi kami asik-asik saja. Pagi itu, aku menguncir rambutku tanpa belahan rambut dan meninggikan kurciranku, sedangkn El menguncir rambutnya dengan belahan pada rambutnya. Yah, tidak ada yang aneh memang. Tapi kami sangat senang kala itu. Hihihi… gapenting.comya.

Persamaan yang kedua adalah kami sama-sama berpakaian rapi dan suka sekali memakai topi sekolah ketika istirahat dan pulang sekolah. Mungkin kami sama-sama anak kali ya, hehe…

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Kepanjangan ya? Hehe, sabar ya! Yap, tibalah saatnya kami Ujian Nasional. Selesai Ujian Nasional kami semakin jarang bertemu. Maklum, setelah UN kami anak kelas 3 jadi jarang ke sekolah, kecuali untuk urusan-urusan penting. Jadilah kami jadi jarang bertemu. Terlebih pada saat itu, Hp belum begitu populer, walau sebagian teman kami sudah ada yang punya. Tak ada lagi obrolan panjang, tak ada lagi genggaman tangan panjang, dan tak ada lagi upacara paling depan J

yaa, bersamanya, sudah menjadi kenangan sekarang. Kenangan yang manis tentunya J. Walau hanya berumur 1 tahun persahabatan kami, sungguh itu sudah cukup memberi makna persahabatan, khususnya untukku.

Hampir 2 tahun kemudian,

@ Facebook, Dita mengirim message untuk El,

“Hai, masih inget Aku?”

El membalas “Ya ingetlah, teman sebangku waktu 3 SMP kan?”

Kau tahu, aku sangat senang ia masih mengingatku, walau sudah hampir dua tahun kami tak bertemu. Ya, message ini kukirim ketika facebook sedang booming. Tanpa ragu sedikit pun aku langsung mencari namanya. Dan alhamdulillah El merespon, dan kami langsung saling meminta nomor hp.

Hmm… El, tahukah kau, aku selalu mengingat kebersamaan kita sebagai kenangan indah. Semoga kau juga begitu J aamiin…

Kau yang teloh memberi warna di hidupku

Akan sebuah kenangan indah tentang persahabatan

Yang kelak mungkin akan kita lupakan atau kenang

Tentu akan lebih nikmat bila dikenang

El, senang bisa mengenalmu walau sejenak

Sejenak mengingatmu sekarang, selalu membuat bibirku tersenyum

Apakah engkau juga tersenyum jika mengingatku? Tentu kuharap ya J

Karena kutahu, seperti halnya diriku, kau takkan pernah melupakan persahabatan singkat kita

Walau singkat, tapi cukup memikat

Untuk El, sahabat 1 tahunku…

Ciputat, 17 Maret 2011, di tengah2 obrolan bersama teman kosan.

Thursday, March 3, 2011

Kejamkah Aku?

Da, lagi-lagi kau membuatku menangis, kau tau kenapa? Karena SMSmu pagi ini.. Walau ditujukan ke yang lain juga, sungguh itu sangat menggangguku.

Kau bertanya, apakah ada saudari kita yang berubah? Menjauh?

Jawabanku adalah “aku tak tahu dan tak menyadari itu”

Lantas aku ingin bertanya padamu “maukah engkau ceritakan siapa dia? Siapa yang berubah?”

Apa kau mau menjawab pertanyaanku? Jawabannya bisa ya atau tidak.

Karna memang aku hanya bertanya pada diriku sendiri…

Aku tak tahu apa yang ada di pikiranmu saat ini, apakah kami memang tidak saling mengenal dan mengerti satu sama lain? Lantas mengapa? Bukankah selama ini kita sudah berusaha saling mengenal. Salahkah aku dan yang lain, jika tidak menyadari perubahan itu.

Kau mungkin tak menyadari, sms mu tadi sangat menggangguku. Seakan-akan kami salah. Kami belum mengenal saudara kita. Yang mengenalnya hanyalah kau. Lantas kenapa kau tak bercerita? Apa kau pikir kami tidak peduli hanya karna tak menyadari perubahan itu? Dengan kau bersikap seperti ini, sungguh itu menambah rasa cemburuku.

Apa kau pernah memikirkan aku? Memikirkan perasaanku?

Jangan bersikap seolah-olah kita tak saling mengenal satu sama lain, kumohon padamu

Kita mungkin belum saling mengenal dekat saudara kita, apa lantas itu bisa dijadikan dasar atas SMS mu tadi pagi?? Bisakah kau berpikir, bahwa kita, kami, aku, memang sedang dalam proses belajar mengenal satu sama lain, belajar memahami satu sama lain, belajar menghargai rahasia dan privasi masing-masing.

Kalau pun toh beliau tidak ingin cerita, apa kami harus memaksa, ketika jawaban yang diterima lagi-lagi adalah “ga ada apa-apa kok”…

Mengenai sindiranmu tentang jawaban yang sering aku atau yang lain lontarkan “ah, udah biasa, ntar juga bae sendiri”… Tahu kah kau? Aku sudah berusaha bertanya, ketika pertemuan tak bisa dilakukan.. tapi apa? Dia tak menjawab pertanyaanku.. lantas, apa aku harus memaksa ia menjawab? Sungguh aku tak suka memaksa orang… Apa kau menyadari, jawaban “ah, udah biasa, ntar juga bae sendiri”, adalah jawaban kesimpulan dari sekian banyak permasalahan yang terjadi padanya.. kami sudah berusaha memahami, bertanya kondisi, tapi tak pernah mendapat jawaban. Mungkin kami menyadari perubahan itu, tapi sungguh aku tak tahu harus berbuat apa ketika aku tak tahu pernmasalahannya. Ketika ia tak ingin bercerita tentang permasalahannya, yang mungkin hanya diceritakan padamu.

Mungkin aku bukalah orang yang pandai memahami, tapi kumohon percayalah padaku, bahwa aku peduli padamu, pada kalian.

Kuhanya ingin menghargai perkenalan kita, persaudaraan kita, yang tidak ada paksaan di dalamnya,

Ku sungguh mencintaimu, mencintai kalian karna-Nya…

"......mencintai itu, kadang mengumpulkan segala tabiat menyebalkan dari seseorang yang engkau cintai, memakinya, merasa tak sanggup lagi menjadi yang terbaik untuk dirinya, dan berpikir tak ada lagi jalan kembali, tetapi tetap saja engkau tak sanggup benar-benar meninggalkannya."
_Tasaro GK dalam Novel "Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan"_

Wednesday, March 2, 2011

Aku dan Kau

D’gankz

Hmm… sudah lama aku ingin menulis crita kalian di sini

Di tempat yang biasa aku singgahi di kala sepi menghampiri

Di kesempatan kali ini, sungguh aku ingin melukiskan kalian di setiap jengkal kata

Tentu saja sulit untuk dimulai, terlebih siapa yang harus kulukis pertama kali

Hmm… Baiklah, pertama akan kulukis wajah Ida Fatimah Az Zahra

Da, kau tahu bagaimana perasaanku padamu

Walau seiring dengan berjalannya waktu, aku mencoba untuk menyamaimu dengan yang lain

Tapi, lagi-lagi tak bisa kupungkiri, kau tetaplah orang yang special untukku,

Walau sering kali kau membuatku kesal tanpa kau sadari, lagi-lagi akulah yang akan merasa

bersalah, meminta maafmu terlebih dahulu..

Kau mungkin sudah sangat mengerti akan halku yang satu ini, dan terima kasih karna kau masih mau sabar menghadapiku…

Takkan kulupa saat-saat tertawa bersamamu,, kau sungguh lucu ketika tertawa, maka lebih banyak tertawalah untukku…

Yang ke-2, Nian

Nian, kau sangat tahu jalan pikiranku, karna tak jauh beda denganku

Mungkin itulah yang membuat kita bertambah dekat makin hari

Jujur, memang hanya dengan kaulah aku berani mencurahkan isi hatiku, tanpa aku tutup-tutupi

Walau sering kau membuatku kesal, tetap saja aku selalu bisa memaklumi itu,

Ya, karna sekali lagi, kita memiliki logika berpikir yang sama, “menghadapi masalah dengan cara sesederhana mungkin”

Kau mungkin bosan mendengar keluh kesahku saban hari, tapi kau memang sangat mengenalku,

Kau tak pernah ambil pusing atas kelakuanku, karna kau tahu aku akan baik-baik saja setelahnya..

Ya, trima kasih atas segalanya, dari mulai tumpangan nonton piala AFF hingga menemaniku menonton futsal…

Untuk Kiki, teman berlawak paling asik

Kau tau, kau memiliki kesan istimewa untukku

Entahlah itu sebuah kebiasaan, atau memang kita sama, kau begitu pas untuk berlawak denganku

Kita adalah pasangan lawak sejati, begitu mungkin adanya

Kita selalu merasa paling jago design, pintar computer, dll

Dan semua itu, kita lakukan hanya untuk mengundang tawa teman-teman kita

Kau tentu bahagia bisa membuat yang lain tertawa bahagia, sungguh itu adalah keahlianmu, dan aku sangat belajar darimu

Kita selalu terlihat kompak ketika menggoda Eva, dan tawa tak lagi bisa dielakkan

Sungguh, itu sangat susah dilupakan, karna aku selalu tersenyum sendiri ketika mengingat masa-masa itu, ketika kita bisa membuat yang lain tertawa bahagia, walau ku tahu, itu hanya menghilangkan beban masalah mereka sesaat…

Trima kasih kawan, aku cinta padamu

Selanjutnya, Eva

Hmm.. aku lupa kapan pertama kalinya kita dekat satu sama lain,

Yang kutahu ku sangat suka menggodamu, mentertawakanmu, mendzolimimu,

Dan kau tidak pernah marah

Aku mungkin tidak menyadari, ada banyak candaanku dari ribuan candaanku tentangmu yang menyakiti hatimu, sungguh aku minta maaf untuk itu, aku terlalu yakin kau tidak akan marah

Maka keyakinan itulah yang terkadang membuat semua terasa janggal, tak seperti biasa..

Va, aku menyayangimu sungguh karna Allah, walau harus kuakui, aku selalu tidak suka melihatmu dekat dengan Ida, aku tak bisa membohongi perasaanku

Tapi kau juga perlu tahu, bahwa aku menyayangi kalian karna Allah, jadi jangan biarkan rasa cemburuku, merusak hubungan kita yang sudah terlanjur terbangun.. kumohon bantu aku mengerti kau,

Agar ketika kau merasa beban sangat berat ada di pundakmu, kau bisa meminjam punyaku…

Selanjutnya adalah Lina, teman kosanku yang super banyak amanahnya, hehe

Na, trima kasih kau selalu terlihat tak marah kepadaku

Walau kutahu, kau mungkin bosan menghadapiku yang kadang bersikap kekanak-kanakan

Gampang marah lah, ngambek lah, dan lain-lain

Kau mungkin bukan yang teristimewa bagiku, tapi sungguh kau sangat special bagiku

Dengan kepintaranmu memberikan masukan, sungguh aku iri padamu,

Kau sungguh akan menjadi orang hebat suatu saat nanti

Dan ketika saat itu tiba, semoga kau masih berkenan memberiku banyak masukan.. Trima kasih Na…

Next, Princess Tyaszh, Our princess

Yaz, kau tahu, ku semakin mengenalmu ketika di kestari

Mengenal sisi lainmu, yang mungkin baru kutahu akhir2 ini, seperti: tyas seram juga ketika sedang benar-benar marah, hehe

Yaz, senang bisa mengenalmu, walau ku tak sesempurna yang kau bayangkan, ku tetap berharap kau masih mau menemani hari-hariku di kestari dan di d’gankz

Selanjutnya adalah Dewi

Hmm… Kau berlari sangat jauh di depanku, apa aku sanggup mengejarmu?

Entahlah, aku hanya bisa berdo’a kelak kita bisa bersama-sama melangkahkan kaki mengunjungi tempat indah di belahan dunia yang luas ini

Sungguh, akan sangat menyenangkan jika kita bisa melakukannya bersama yang lain

Semoga kelak, kau berkenan melambatkan larimu, agar aku bisa menyamai langkahmu bersama..

Walau teramat jarang kita bertemu sekarang, kutahu dan kuyakin, kau masih menyimpan namaku di hatimu… ^.^

Odhie, apa kabarmu hari ini?

Semoga Allah senantiasa menghindarkanmu dari fitnah dunia yang menyesatkan

Hmm… kumenyadari kita tidaklah terlalu dekat satu sama lain

Tapi itu tidak akan pernah menjadi soal bagiku, bukankah kita memiliki jabatan tangan yang khas?

Dan itu hanya kau lakukan padaku bukan? Hehe, mungkin iya, mungkin tidak…

Tapi itu sungguh sangat berarti untukku, setidaknya aku akan selalu ingat kau dengan jabatan tangan kita yang khas… Akan sangat menyenangkan jika kita bisa lebih dekat, bukan?

Fia, kau tahu, menjadi yang terakhir tak selalu berarti yang paling terlupakan

Yang terakhir justru teramat istimewa

Aku rindu padamu Fi, rindu nasehat-nasehatmu akan kebaikan berinteraksi

Rindu akan hadirmu di sisi

Rindu akan tawamu yang menemani

Kau mungkin sedang merasa nyaman dengan kenalan-kenalanmu yang baru, sungguh itu tak menjadi soal bagiku, kau tentu tahu itu

Tapi, terkadang, ku melihatmu ada yang berbeda

Ada apa sebenarnya? Apakah kau masih sungkan untuk bercerita? Baiklah, tentu itu tidak masalah, aku tak akan memaksamu

Aku tetap mencintaimu karna Allah, karna kau lah yang pertama mengenalkanku dibanding yang lain..