Friday, March 18, 2011

El, Sahabat 1 Tahun

Nama lengkapnya Elvira Natalia Pangesta. Aku lebih suka memanggilnya dengan panggilan “El”. Singkat, tapi cukup memikat. Bagaimana tidak memikat, kami hanya sempat menjalin persahabatan selama satu tahun, tepatnya selama kelas 3 SMP. Dan itu cukup memberi kesan mendalam tentang arti seorang sahabat dan persahabatan. Ya, karena ia adalah satu-satunya sahabat dekatku yang seorang noni (non-Islam).

Aku takkan pernah lupa pertama kali kami berkenalan. Di suatu pagi, di kelas 3 E, kelas unggulan tentunya, hehe. Kami diperkenalkan oleh teman kenalanku yang juga temannya dan didaulat untuk duduk satu meja. Seharusnya teman kenalanku lah yang seharusnya duduk bersama El, tapi ia sudah punya terman semeja. Jadilah kami sepakat untuk duduk semeja.

Kami duduk di meja paling belakang, di barisan meja dekat dengan pintu. Tempat yang strategis sebenarnya untuk mengobrol saat belajar.tapi, kami tak melakukan itu. Hehe, maklum kami berdua sama-sama bukan tergolong anak nakal. Terlebih bapakku mengajar di sekolahku juga. Awalnya, kami hanya mengobrol seperlunya, tak pernah panjang-panjang. Ditambah tabiatku yang sulit bergaul. Seiring berjalannya kaki-kaki kami menuju dan pulang dari sekolah, kami mulai akrab, tak ada lagi obrolan pendek, tapi obrolan sepanjang kreta api, hoho. Mulai dari tugas sekolah, keluarga, teman, rumah, sampai binatang peliharaan. Tapi opps… ada satu tema yang tak pernah kami bicarakan, laki-laki (*sama2merasatakpenting,hehe). Dan kami mulai tak terpisahkan. Di mana ada Dita, di situ ada Elvira, begitu pun sebaliknya. Kami sering (untuk tidak dikatakan selalu) jajan bareng, belajar bareng, upacara bareng (bersebelahan maksudnya), dan banyak hal lainnya yang kami lakukan bareng.

Yaa, dilihat dari segi kecerdasan, aku memang lebih cerdas daripada El, setidaknya pada saat itu. Tapi El, adalah seorang yang sangat rajin, yang mau tak mau aku pun tertular rajinnya. Seperti mengerjakan LKS, piket, datang pagi, dll. Aku jadi sering mengerjakan LKS jika sedang tidak ada guru, seperti yang dilakukan El, dan sering datang pagi (well, kalau yang ini masih boleh diragukan, hehe). Hmm… kami memang tak terpisahkan, saling melengkapi bahasa kerennya. Bahkan aku lebih dekat dengan El dibandingkan dengan saudara kembarku sendiri.

El, yang paling tidak suka digelayuti bahunya, berasal dari keluarga kristen tionghoa. Orang tuanya sendiri memeluk kristen khatolik sama seperti El, sedangkan neneknya seorang budhis. Dan inilah prinsip yang tak pernah bisa kami satukan, keyakinan. Seperti waktu itu, ketika Natal tiba, teman-temanku mengucapkan selamat natal padanya, tapi aku merasa tidak harus mengucapkannya, aku meyakini bahwa ketika aku memberikan ucapan selamat natal padanya, sama saja aku mempercayai keyakinannya, sedang aku tidak meyakini keyakinannya. Tapi itu tidak sama sekali membuat hubungan persahabatan kami merenggang. El sangat menghormati keyakinanku, begitu pun sebaliknya. Suatu ketika pula, aku hendah membeli majalah Islam langgananku. Aku mengajaknya dan El tak keberatan menemaniku. Yang kuingat pada saat itu, kami berjalan menuju toko langgananku tanpa sedikit pun berlepas tangan. Yap, kami saling berpegang tangan sepanjang jalan. Sampai tangan ini gerah rasanya, tapi tak ada satu pun dari kami yang berniat melepas tangan. Aku selalu tersenyum ketika mengingat kejadian itu.

Ah ya, satu hal yang membuat El tampak berbeda dengan yang lain, ia selalu menggunakan kata “Aku”. Ya, tentu saja berbeda, karena sebagian besar temanku lebiih sering menggunakan kata “gue”. Hihi… pernah suatu kali, temanku sebangku dengannya ketika kegiatan belajar tambahan untuk UN, karena El selalu menggunakan kata “aku” temanku jadi ikut-ikutan menggunakan “aku” padahal ia adalah seseorang yang sangat “gaul” dan terbiasa menggunakan “gue”. Aku hanya bisa senyum-senyum ketika temanku itu bercerita kepadaku. El, memang unik, ia tak pernah ingin menjadi orang lain untuk bisa bergaul. Aku banyak belajar darinya.

Ya, selain perbedaan prinsip yang kami yakini masing-masing. Aku dan El tentu memiliki kesamaan yang membuat kami sangat lengket. Pertama, kami sama-sama suka dikuncir kuda dan paling tidak PeDe kalau rambut kami harus digerai (tidak diikat). Haha, yang lucu adalah ketika kami saling menantang menguncir gaya rambut kami dengan sedikit perubahan. Tak penting-penting amat sebenarnya, toh tidak ada yang memperhatikan. Tapi kami asik-asik saja. Pagi itu, aku menguncir rambutku tanpa belahan rambut dan meninggikan kurciranku, sedangkn El menguncir rambutnya dengan belahan pada rambutnya. Yah, tidak ada yang aneh memang. Tapi kami sangat senang kala itu. Hihihi… gapenting.comya.

Persamaan yang kedua adalah kami sama-sama berpakaian rapi dan suka sekali memakai topi sekolah ketika istirahat dan pulang sekolah. Mungkin kami sama-sama anak kali ya, hehe…

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Kepanjangan ya? Hehe, sabar ya! Yap, tibalah saatnya kami Ujian Nasional. Selesai Ujian Nasional kami semakin jarang bertemu. Maklum, setelah UN kami anak kelas 3 jadi jarang ke sekolah, kecuali untuk urusan-urusan penting. Jadilah kami jadi jarang bertemu. Terlebih pada saat itu, Hp belum begitu populer, walau sebagian teman kami sudah ada yang punya. Tak ada lagi obrolan panjang, tak ada lagi genggaman tangan panjang, dan tak ada lagi upacara paling depan J

yaa, bersamanya, sudah menjadi kenangan sekarang. Kenangan yang manis tentunya J. Walau hanya berumur 1 tahun persahabatan kami, sungguh itu sudah cukup memberi makna persahabatan, khususnya untukku.

Hampir 2 tahun kemudian,

@ Facebook, Dita mengirim message untuk El,

“Hai, masih inget Aku?”

El membalas “Ya ingetlah, teman sebangku waktu 3 SMP kan?”

Kau tahu, aku sangat senang ia masih mengingatku, walau sudah hampir dua tahun kami tak bertemu. Ya, message ini kukirim ketika facebook sedang booming. Tanpa ragu sedikit pun aku langsung mencari namanya. Dan alhamdulillah El merespon, dan kami langsung saling meminta nomor hp.

Hmm… El, tahukah kau, aku selalu mengingat kebersamaan kita sebagai kenangan indah. Semoga kau juga begitu J aamiin…

Kau yang teloh memberi warna di hidupku

Akan sebuah kenangan indah tentang persahabatan

Yang kelak mungkin akan kita lupakan atau kenang

Tentu akan lebih nikmat bila dikenang

El, senang bisa mengenalmu walau sejenak

Sejenak mengingatmu sekarang, selalu membuat bibirku tersenyum

Apakah engkau juga tersenyum jika mengingatku? Tentu kuharap ya J

Karena kutahu, seperti halnya diriku, kau takkan pernah melupakan persahabatan singkat kita

Walau singkat, tapi cukup memikat

Untuk El, sahabat 1 tahunku…

Ciputat, 17 Maret 2011, di tengah2 obrolan bersama teman kosan.

No comments:

Post a Comment

What do you think?